Menurut refleksi diri, mendengarkan musik di era sekarang bagi saya adalah sebuah 'selingan'. Hampir setiap hari aktivitas mendengarkan musik saya dilakukan bersamaan dengan aktivitas lain, seperti mengerjakan tugas, baca, jalan, dan mengendarai motor (untuk yang satu ini jangan ditiru, tapi mengendarai motor tanpa musik itu terasa hambar heh). Ya, hampir setiap hari saya menggunakan musik sebagai 'teman' ketika melakukan sebuah aktivitas lain.
Jika teringat masa SD dulu dan juga melihat masa sekarang, sepertinya ada perbedaan dari cara saya menikmati musik. Saat SD dulu, sekitar tahun 2001 2002-an, saya belum memiliki DiscMan, apalagi MP3 player. Yang ada adalah radio + Tape. saat itu saya masih menggunakan pemutar kaset, Aseli pula. Setiap pulang sekolah langsung terbang ke kasur di kamar pribadi sambil membawa pemutar kaset dari kamar orang tua (waktu itu cuma punya satu, yang sering make bokap nyokap). Kaset - kaset yang saya miliki kebanyakan musisi Indonesia, tahun 90-an hingga 2003-an musik Indonesia masih terbilang berkualitas, waktu itu saya sangat menyukai musik pop Indonesia macam Dewa 19, Padi, Sheila on 7, Jikustik, Peterpan dsb. Musik "barat" yang benar- benar tahu pada saat itu hanya the beatles, karena ibu saya suka the beatles dan cukup sering memutarnya. Kalau ada yang lain mungkin Linkin Park. Saat SD dulu saya tidak suka musik barat.
Pada waktu itu cara saya mendengarkan musik di kaset juga cukup unik dan sangat 'selo', yaitu mendengarkan secara berurutan! Dari lagu pertama sampai akhir, ga ada yang di-rewind atau forward, Kalau ada satu atau dua lagu yang kurang catchy atau yang terdengar biasa aja di
telinga, putaran kaset tidak saya forward dan hanya saya tunggu hingga sampai ke lagu
favorit yang saya suka. Momen saat "sampai" ke lagu favorit itu yang
berharga. Kurang lebih biasanya dalam satu kaset ada 10 lagu, jadi saya bisa menghabiskan waktu mendengarkan musik selama satu jam. Saat mendengarkan musik, tidak ada aktivitas lain yang saya lakukan kecuali membaca lirik lagu sambil nyanyi - nyanyi di kamar. Sambil tiduran, meresapi lirik - lirik yang ada di dalamnya. Walaupun kebanyakan ga ngerti apa maksudnya....
Kembali ke tahun 2013. Sekarang sudah ada iPod di tangan. Software pemutar musik di komputer. Jika ingin memutar lagu favorit tinggal tekan, tidak perlu repot - repot forward atau rewind. Yang didengarkan biasanya lagu - lagu favorit saja. Kini, cukup jarang saya mendengarkan satu album secara berurut dari awal hingga akhir. Selain itu, aktivitas mendengarkan musik tidak pernah dilakukan secara tunggal, pasti ada aktivitas lain yang mengiringi, dan aktivitas lain tersebut lebih utama dibanding musik yang didengar. Musik hanya sekedar selingan, dan yang 'nemenin'.
Sesekali saya mencoba untuk mengenang masa SD, dengan mendengarkan musik secara 'tunggal', dan itu terasa cukup berharga. Berbaring di kasur, dengan memutar satu album musik. Meresapi lirik, aransemen, dan 'nyawa' dari lagu tersebut. Apalagi sekarang sudah ada "headphone" yang membuat jarak kita dengan musik semakin dekat dan intim. Mencoba mendengarkan secara detail suara alat musik yang saling saut - sautan. Memperhatikan cara sang SE mem-panning suara kiri dan kanan. Menemukan suara yang tidak sadar keberadaannya jika kita mendengarkannya sambil lalu, seperti suara backing vocal, shake, tambourin dsb, yang memang sengaja diletakkan di belakang suara - suara alat musik lain lain. Cukup nikmat, apalagi ditemani secangkir teh sebagai 'selingan'.
Sesekali saya mencoba untuk mengenang masa SD, dengan mendengarkan musik secara 'tunggal', dan itu terasa cukup berharga. Berbaring di kasur, dengan memutar satu album musik. Meresapi lirik, aransemen, dan 'nyawa' dari lagu tersebut. Apalagi sekarang sudah ada "headphone" yang membuat jarak kita dengan musik semakin dekat dan intim. Mencoba mendengarkan secara detail suara alat musik yang saling saut - sautan. Memperhatikan cara sang SE mem-panning suara kiri dan kanan. Menemukan suara yang tidak sadar keberadaannya jika kita mendengarkannya sambil lalu, seperti suara backing vocal, shake, tambourin dsb, yang memang sengaja diletakkan di belakang suara - suara alat musik lain lain. Cukup nikmat, apalagi ditemani secangkir teh sebagai 'selingan'.


