*tulisan ini ditulis secara semi-baku*
Setelah beberapa bulan mengumpulkan niat, akhirnya saya tergerak untuk menuliskan perjalanan panjang saya, dari jogja ke pacitan - malang - bromo - jogja dengan motor Mi*o. Saya tidak sendirian, ditemani dua teman saya yang kayaknya waktu itu lagi selo banget, Riadji Ramadhan, dan Gunawan Surya (silahkan di-search di FB, terus di-add ya, pasti mereka seneng). Kalau tidak salah ingat, kami berangkat dari hari senin tanggal 3 July 2012 lalu. Kebetulan waktu itu baru mulai libur uas, jadi kami melampiaskan segala kepenatan semester empat dengan brutal. Dalam perjalanan ini banyak hal yang bisa saya simpan, tidak hanya disimpan di dalam kepala, atau hanya dalam bentuk foto, tapi mungkin mungkin dapat disimpan di sebuah tulisan agar ia bisa bercerita banyak suatu saat nanti, dan ini saatnya bagi saya untuk menyimpan memori tersebut dalam sebuah tulisan. Oke daripada kebanyakan basa - basi langsung aja ke inti cerita deh..
perkenalkaan...m*io gaul. biasanya cuma di pake di wilayah domestik kota jogja. sekarang disuruh ke malang...(kalau bisa ngomong mungkin dia udah maki2 gue waktu itu)
Jogja 3 July 2012
Berangkat dari Jogja (5. 30)
Pagi - pagi benar kami sudah bangun, kira - kira pukul 5. Alhamdulillah kami bertiga bisa bangun pagi dan memang kami sudah terbiasa untuk itu :) (padahal niatnya berangkat jam 3 pagi, #fail...). Sehabis sholat subuh, cuci kaki dan gosok gigi, kami berangkat dari jogja pukul 6 kurang 30 menit. Segala hal sudah kami persiapkan dan kami yakin untuk mengarungi perjalanan panjang hari ini B).
Agenda kami pagi itu adalah menuju ke Malang dalam satu hari, namun kami berniat mampir dulu ke Pacitan untuk mengunjungi pantai Klayar. Saat itu kita tidak terpikir (atau emang ga mau mikir) bahwa melakukan perjalanan ke Malang dalam satu hari dengan mengunjungi pantai Klayar adalah hal yang absurd, tapi kami tetap percaya dengan suara hati, dan tidak pernah memikirkan hal tersebut...(?)
Meskipun pikiran kami agak sedikit random dan absrud, toh kami tdak peduli, kami tetap yakin untuk berangkat, karena kami sudah dewasa (?). Perjalanan kami dimulai dari Jalan Solo-Jogja, kemudian berbelok ke arah Janti, dan mengarah ke wonosari. Pos pertama kami adalah Wonosari. Rute yang kami lewati yaitu Wonosari - setelah itu.......Pacitan (gue lupa rutenya). Perjalanan ke Wonosari dilalui melalui jalan naik-turun, maklum kita lewat gunung kidul. Kiri kanan jurang, depan belakang truk, kami melewati jalan tersebut dengan ekstra hati - hati.
Desa Ngepo-sari
Kami terus melanjutkan perjalanan :D, (dengan isi kepala penuh ketidakpastian ._.). Setelah beberapa kilometer melewati jalan yang naik turun, tiba - tiba terpampang sebuah gerbang portal yang bertuliskan "Selamat Datang di Desa Ngeposari". Ya, desa NGEPO-sari.Yang terbesit dalam pikiran kami tentang desa ngeposari adalah masyarakatnya yang Kepo mania, sehingga desa tersebut memiliki akses internet yang super cepat untuk menunjang aktivitas ngepo mereka. Yah itu hanya imajinasi..
Setelah melewati desa Ngeposari, dan melakukan satu jam perjalanan (baru satu jam ._.), perut kami mulai keroncongan...maklum belum makan pagi. Kami minggir dulu dan mengunjungi salah satu rumah makan. Sambil makan, kami membuka peta pulau Jawa dan berbincang mengenai perjalanan nanti, rute mana yang akan kami melewati, dan estimasi waktu yang akan kami tempuh. Teman saya, Gunawan Surya (silahkan search di facebook), ternyata tidak mengetahui bahwa jarak antara Jogja - Malang itu setara seperti jarak antara Bandung - Serang. Serang, ya serang adalah kota kelahirannya. Sontak ia, gunawan, merasa sangat kaget! meraungraung dan mulutnya berbusa, tapi setelah itu ia pasrah..Dan saya menenangkannya dengan mengatakan bahwa jarak antara jogja malang hanya dua jengkal (dari peta pulau Jawa).
caption : tangannya gunawan di atas peta...
Setelah selesai makan, kami berniat untuk berbincang sebentar kepada sang ibu yang menjadi owner warung makan tersebut. Juru bicara kami, Riadji Ramadhan (silahkan seach di facebook, terus di add!) bertanya kepada ibu tersebut mengenai arah jalan menuju Wonosari. Karena sang ibu mampu menjawab tiga pertanyaan, maka sang ibu tersebut mendapatkan uang tunai 150 ribu rupiah...Setelah berbincang, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan. Namun setelah itu sang ibu bertanya kepada kami, "mas - masnya akademisi ya?".....kami berpikir sebentar.. kemudian menjawab, "Iya bu", kemudian berbalik meninggalkan sang ibu.
Kami mulai melanjutkan perjalanan, beberapa kilo lagi kami tiba di Wonosari.
Pracimantoro *bukan sukatoro
Akhirnya tiba juga di pos pertama, Wonosari. Pos selanjutnya yang harus kami lewati adalah Semanu, dan Pracimantoro. Nama daerah ini mengingatkan saya pada sebuah nama...oke lupakan. Jalan untuk menuju kedua daerah ini semakin ekstrim. Jalan dua arah, naik turun ekstrim, berkelok - kelok, sangat sepi (padahal saat itu baru pukul 10 pagi), dan di sebelah kanan/kiri jurang. Ekstrim kan ekstrim kan?
Kelewatan
Setelah melewati Pracimantoro dan semanu, akhirnya kami tiba di Pacitan :D. Tapi sebenarnya raja pertama yang kami tuju adalah pantai Klayar, dan anehnya kita semua ga tau pantai klayar itu di sebelah mananya Pacitan....... #okesip. Setelah udah cape berjalan tanpa arah, kami minggir, dan merenung, dan bertanya dalam hati *kita sebenernya ngapain...saya ini anak siapaaa*...
Kali ini giliran Gunawan yang berinisiatif untuk menanyakan arah jalan kepada penduduk asli. Saya dan Riadji yang ngga ngerti bahasa asli Pacitan hanya menunggu di motor. Beberapa menit kemudian ia kembali, dan menyatakan bahwa kita kelewatan, sangat jauh...... #okesip. Jangan tanya berapa kilo, pokonya jauh.
Insiden Tripod Ilang...
Akhirnya kami memutar balik sejauh kurang lebih 15 Km. Penduduk sekitar yang tadi ditanyakan oleh Gunawan menjelaskan bahwa setelah melewati pom bensin, akan ada pertigaan dan kami diharuskan untuk berbelok ke kiri. Alhamdulillah ternyata terlihat gapura "selamat datang di Klayar". Wajah kami senang, hati kami riang, karena akan menaklukan raja pertama, namun tiba - tiba Riadji Ramadhan memperlambat kecepatan motornya, dan dengan berbalik ke belakang sambil berkata, "fan tripod lo kemana ya?", gue : "nah lo.." gunawan sebagai pemegang tripod saya : "oh iya fan tripod lo mana?".......#mulutberbusa. Kami mulai me-rewind memori, curiga bisa jadi tripod malang itu ketinggalan di tempat dimana si Gunawan bertanya ke penduduk sekitar. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat tersebut, kepala saya masih penuh dengan ketidakpastian, sampai disana kami bertanya ke penduduk sekitar, dan mereka tidak melihat sosok tripod. Dengan berkecil hati kami kembali lagi ke arah Pantai Klayar. Terhitung selama satu jam kami melakukan aktivitas useless mulai dari kelewatan sepanjang 15 Km, puter balik ke arah pantai klayar 15 Km, pas sudah mau sampai di gapura, dikiit lagi...kami harus balik lagi ke tempat yang kelewatan sejauh 15 Km, dan balik lagi ke arah pantai Klayar 15 Km. gue benci angka 15....
Pantai Klayar!!
Gue pasrah dengan keberadaan tripod. Entah dimana ia. Daripada galau kami melanjutkan perjalanan, dan terus menatap kedepan. Setelah melewati gapura, harapan kami sangat besar untuk dapat tiba di pantai Klayar dalam hitungan menit. Tapi siapa sangka, letak pantai Klayar itu tersembunyi, di balik gunung! walhasil kita harus muter2 lagi, naik turun lagi, kiri kanan jurang lagi....oh pantai Klayar dimana kau bersembunyi... saya dan Riadji Ramadhan sebagai pengendara motor (Gunawan Surya Pratama dibonceng Riadji Ramadhan) mengendarai motor dnegan hati - hati, karena jalan hanya dua arah, dan satu arahnya hanya bisa dilalui 1 motor, kiri jurang. Tetapi beberapa kali kami melihat dari arah berlawan, anak - anak yang seperti masih duduk di bangku SD, mengendarai motor selayaknya Taufk Hidayat, gebut banget! padahal disampingnya jurang terjal. agak badass memang.
Setelah kira - kira setengah jam kami melewati jalan yang naik turun, ketika motor kami masih melaju, tiba - tiba ada orang yang menjulurkan tangan dan sepertinya ingin membagikan sebuah kertas. Saya mengira bahwa ia adalah seorang penyebar pamlet, jadinya sambil lewat dengan keceptan sedang, saya menundukkan kepala dan bilang "engga, makasih mas"...namun orang tersebut berteriak "eeehh,,, mabburr.."...kami berdua (saya dan riadji, gunawan dibonceng riadji) sontak menghentikan laju motor kami, saling menatap, dan ternyata orang yang saya kira pembagi pamflet tersebut adalah penjual tiket masuk pantai klayar.......
Akhirnya sampai juga di pantai Klayar! pantainya sepi, belum banyak orang yang menjamah, dan air lautnya asin..berikut beberapa pemandangan disana yang saya jepret
Mirip kapal ga sih?

Caption : Gunawan Surya lagi ngeliat ke atas dan Riadji Ramadhan lagi ngeliat ke depan..
saya dan gunawan surya
Riadji Cool 1
Riadji Cool 2
Setelah 3 jam menikmati pantai Klayar dari jam 2 siang sampai 5 sore, kami memutuskan untuk mengunjungi sebuah mesjid untuk menunaikan sholat ashar. Setelah sholat ashar, saya dan Gunawan Surya mulai merencakan untuk melanjutkan perjalanan ke Malang. Riadji tidak dapat ikut ke malang karena ada urusan di Jogja. Namun kami bertiga berpikir bahwa apabila sore itu langung melanjutkan perjalanan, maka sulit bagi kami untuk menemukan tempat bermalam. Riadji yang ingin kembali ke Jogja juga berpikir bahwa cukup beresiko untuk melewati jalan Jogja - Pacitan di malam hari, yang sangat sepi di siang hari. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk bermalam semalam di Kota Pacitan.
Pacitan..
Kota yang sepi...tenang, aman tentram, rakyatnya selo...ga ada hiruk pikuk, pokoknya damai..dan...hanya di kota ini saja saya melihat banyak publikasi yang sangat mengapresiasi eksistensi dari presiden SBY yang kebetulan memang lahir di pacitan. ni contohnya,
Kami tiba di Kota Pacitan dari pantai Klayar pas Maghrib. Setelah menunaikan ibadah sholat maghrib disana, kami mulai mencari penginapan murah. muter2 akhirnya ketemu juga hotel di depan alun alun pacitan, namanya "Hotel Pacitan". Nama hotel yang agak hardsell sepertinya..tarif hotel ini sangat murah, hanya 45 ribu satu kamar! 2 kasur dan bonus 1 kasur untuk bertiga, dan ada makan paginya juga..emang top deh pacitan..
Sehabis isya, kami berkeliling di alun alun kota pacitan. Ini, gak kaya alun - alun, soalnya sepii, damai, orang - orangnya selo, jalannya pelan, makannya pelan...nungguin pesenan makan di alun2 aja lama banget #eh..
Tak terasa rasa lelah yang sangat mulai mehinggapi kami bertiga. Kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan tidur. Besok masih ada perjalanan panjang saya dengan Gunawan, menuju Malang dengan mio gaul....(bersambung)